“Bung dedi, tetapi bukankah kita tetap hidup dalam masyarakat tanpa menggunakan aturan agama, bukankan kita manusia mempunyai nurani yang pada akhirnya akan melahirkan budi pekerti dan selanjutnya memunculkan etika dan hukum bukankah dengan hal tersebut manusia sudah bisa hidup secara normal, saya kan lama di eropah dan saya lihat masyarakat tidak beragama bisa hidup secara normal”, kata ninoy pada suatu waktu,
“Begini bung Ninoy, manusia tanpa agama memang tetap dapat hidup seperti juga hewan dan tumbuhan yang tanpa agama karena memang tidak pernah ada nabi yang berdakwah ke tumbuhan, tetapi hewan dan tumbuhan tidak mempunyai budi perkerti hanya manusia yang punya selain itu,
Seluruh budi pekerti, etika dan hukum awalnya didasarkan pada suatu agama, contoh budi pekerti orang jawa itu didasarkan pada budaya hindu dan islam misal memberi dengan tangan kanan bukan tangan kiri adalah ajaran islam, berbicara sesuai dengan tingkatan status sosial itu dari hindu, datang kekuburan dengan menaburkan bunga itu budaya hindu, wayang adalah budaya hindu yang diislamkan jadi induk budi pekerti adalah ajaaran agama, coba kamu pelajari agama secara mendalam akan kelihatan bahwa ada hubungan yang erat. Di luar negeri biasanya lebih mengedepankan hukum bukan etika darimana sumber hukum?, sumber hukum tertinggi adalah hukum agama dulu ada 10 commandement (atau 10 perintah tuhan) diantaranya jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan berbohong. Lalu masing-masing hukum tuhan dibuat derivasinya misal mencuri: mengambil barang, uang, data, korupsi, pengelapan, manipulasi, mark up, dan lain-lain, serta dibuat pasal-pasalnya dan diterapkan pada masyarakat, jadi sebernarnya agamalah yang menjadi sumber dari sumber hukum.
“tetapi bukankah ada budi pekerti yang tidak didasarkan agama”, bantah Ninoy dengan cepat,
“BENAR, memang ada budi pekerti yang tidak didasarkan pada agama, misalnya sekali lagi kita gunakan pada suku yang belum sama sekali mengenal agama misal suku pedalaman sumatra (kubu), sebagian suku pedalaman kalimantan mereka memang tidak mengenal agama tata cara hidup mereka murni 100 dengan insting yang mereka pahami, misal kepercayaan untuk memakan hati orang jika membunuh orang bagi suku irian, budaya perang suku untuk menunjukan eksitensi mereka. Budaya seks bebas di suku beberapa suku pedalaman, mereka seperti kehilangan pegangan, aturan yang ada pembunuh harus dibunuh sehingga menimbulkan kekacauan luar biasa dalam masyarakat jika anda ingin terbebas dari budi pekerti umum silahkan bergabung dengan suku anak dalam misalnya maka anda bugil, makan makanan mentah, seks dengan siapa yang anda suka, bebas silahkan pilih.
Selain itu, bung ninoy jika anda bicara budi pekerti yang ingin dikedapan maka budi perkerti siapa yang mana?, bisa saja orang Papua, Batak, Jawa, Padang merasa dirinyalah yang terbaik sehingga harus ada kesepakatan baru.
Bung Buldezer ikut bertanya: “ duluan Mana hukum apa agama?” pertanyaan yang cerdas.
Jawabanya adalah hokum. Contoh ketika disorga ada Adam dan Hawa yang tidak jelas beragama apa?? Tetapi telah ada hokum yakni jangan memakan buah kulbi. Juga di suku pedalaman seperti suku kubu atau suku u-xian di afrika (nonton film The God Must be Crazy ya..) mereka tidak beragama tetapi punya hokum,, missal jangan menganggu istri orang, jangan menghina orang ( jangan coba2 anda meludah didepan orang kubu walaupun mereka bau bisa gila anda disihirnya kalo ga percaya coba deh khususnya cewek2 silahkan anda dating ke daerah jambi disana banyak kubu!!…) jangan mencuri artinya hokum lebih dulu daripada agama. Pertanyaan lanjutan adalah kenapa agama muncul kalo hokum tanpa agama telah bisa mengatur semua kehidupan alam??? Hokum buatan MANUSIA bersifat sangat relative artinya sangat tergantung dengan manusia pembuat hokum tersebut, missal ketika masyarakat banyak (walikota, senator, artis, hakim dan lain-lain) yang telah menjadi HOMO maka hokum kawin dengan sejenis menjadi boleh seperti di eropah dan di sebagian Amerika serikat inikan kacau!!! Mungkin suatu saat di eropah orang boleh kawin dengan bapak atau ibunya kandungnya sendiri auzubillah min zalik….
Nah untuk itu perlu hokum dari sang pembuat manusia yakni tuhan.. hokum tuhan dalam kitab suci adalah MUTLAK bagi yang mempercayainya.
Sudah akh.. capek…
No comments:
Post a Comment