Wednesday, April 25, 2007

ORANG MISKIN NGONGKOSIN ORANG KAYA

Sejak kenaikan harga BBM yang drastis hingga lebih dari 100% telah terjadi penurunan kualitas kehidupan di masyarakat artiya terjadinya pemiskinan hal ini disebabkan terjadinya kenaikan BBM telah menyebabkan efek berantai yakni naiknya semua harga hampir disemua komoditas.

BBM merupakan konsumsi utama (kebutuhan primer) bagi orang kaya di perkotaan, lihat saja jika sore menjelang Jakarta di sibukan dengan kemacetan yang luar biasa dan dapat dilihat bahwa penyebab kemacetan tersebut adalah kendaraan pribadi baik mobil atau motor, mereka inilah yang selama ini menyedot dan menikmati subsidi BBM yang telah menghabiskan dana Rp 89 triliun.

Bandingkan dengan masyarakat desa dimana lebih 80% Indonesia berada tiba-tiba harus membayar ongkos kenaikan harga-harga karena pemerintah (konon katanya) sudah tidak sanggup lagi menutupi subsidi BBM. Mereka yang selama ini menggunakan transportasi sepeda tiba-tiba tidak bisa makan karena Gula, Beras, Minyak, Minyak Goreng, dan Minyak Tanah tiba-tiba naik, sedangkan produk-produk pertanian atau gaji mereka yang kecil tidak naik.

Diberitakan bahwa harga tomat di petani sukabumi perkilo hanya Rp 200 sedangkan di Jakarta Rp 3500 (perkilo) kenapa bisa begitu?? Karena pengusaha harus membayar ongkos transport yang mahal. Akibatnya para petani lebih suka tomatnya busuk dikebun ( “biar jadi pupuk”, katanya sambil menangis !!) daripada harus membayar ongkos petik yang lebih mahal dari sekilo RP 200 belum dihitung ongkos tanam dan perawatan.

Kenapa ini bisa terjadi karena pemerintah terlalu memanjakan orang-orang kaya yang memilik kendaraan pribadi baik mobil atau motor pribadi, mereka yang menyedot dan menikmati subsidi BBM. Hitung bagi pemilik mobil 2000 cc berapa perbulan mereka menghabiskan bensin, anggap saja sebulan Rp 500.000 berapa subsidi yang mereka nikmati!!! (subsidi Rp 12.500 yakni harga Rp 4.500 seharusnya Rp 17.000, bensin di amerika US $ 1.8, itu adalah air mata dan darah rakyat!!!)

Ternyata 85% pendapatan dari migas habis untuk membiayai subsidi BBM. Bahkan alokasi subsidi BBM pada APBN 2001 lebih besar dibandingkan dengan pinjaman luar negeri untuk menutup defisit pada APBN 2001. Artinya, bila sanggup membayar BBM tanpa subsidi, maka kita tidak perlu menambah panjang daftar utang kita. Tanpa subsidi BBM, pendapatan dari sektor migas dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk sektor pembangunan lain yang jauh lebih bermanfaat (http://www.indomedia.com/Intisari/2002/01/warna_bbm2.htm)

Jadi kalo begitu BBM harus dinaikan lagi dong biar subsidi hilang???? (Ini pendapat yang menyakitkan!!!!)

Bukan itu yang harus dilakukan.. tapi BATASI JUMLAH KENDARAAN PRIBADI !!! itu KUNCINYA…buat yang mampu memiliki kendaraan pribadi adalah orang yang sangat kaya dan mampu (lahir dan Batin), caranya adalah:
Naikan tarif Parkir perjam menjadi minimal Rp 25.000 (bandingkan dengan Singapore, Hongkong, Tokyo yang tariff parkir, even dihitung dengan pendapatan mereka, tetap mahal kalkulasi Rp 75.000 s/d 250.000 perjam di us 12-15 u$.).
Batasi Usia kendaraan maksimal 10tahun
batasi jumlah kepemilikan mobil misal maksimal tiap keluarga hanya boleh punya dua kendaraan ..

sehingga jika hal itu diterapkan semakin sedikit orang yang memboroskan energi dan menyedot subsidi BBM.
Sudah saatnya kita berpihak kepada rakyat kecil karena jika rakyat makmur maka secara keseluruhan Indonesia makmur..

Deditaba
Pelaku ekonomi

Lampiran (baca penting):
http://www.indomedia.com/Intisari/2002/01/warna_bbm2.htm
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0004/12/ekonomi/subs15.htm
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0705/08/0103.htm
http://www.urbanpoor.or.id/content/view/157/90/
http://tacoen.smedia.or.id/archives/2005/10/01/priyadi-vs-indra-kusumah-subsidi-bbm
http://priyadi.net/archives/2005/09/23/dukung-kenaikan-harga-bbm-2/
(http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0905/30/0103.htm)

No comments: